Muslim Negarawan Pengukir Peradaban

Waktu terus beranjak Meninggalkan kita

01 Agustus 2009

Berhimpun dalam Kebhinekaan
Memperingati hari jadi KNPI ke 36

Oleh : Juanda Sukma


“ Kami menyadari sepenuhnya akan panggilan dan makna kami sebagai kaum muda adalah salah satu faktor penggerak untuk sesuatu yang lebih berarti bagi tercapainya cita-cita bangsa Indonesia, menuju jenjang yang lebih tinggi dan luhur, demi tercapainya masa depan yang lebih baik”.
Kalimat tersebut merupakan salah satu paragrap yang tertuang pada naskah deklarasi pemuda 23 Juli 1973, dimana didirikannya Komite Nasional Pemuda Indonesia. Sebuah kesadaran dan kegundahan yang begitu kuat terasa bagi para pemuda akan peran dan eksistensi pemuda untuk masa depan bangsanya, bentuk kesadaran yang kemudian membuka sekat-sekat perbedaan, ego kelompok, kepentingan invidual dan golongan sehingga tercapai harmonisasi langkah pemuda dalam mengisi ruang-ruang kemerdekaan sekali lagi menuju cita-cita bangsa Indonesia, menuju jenjang yang lebih tinggi dan luhur, demi tercapainya masa depan yang lebih baik.

Sejarah Singkat Lahirnya KNPI
“Pemuda Indonesia adalah ahli waris cita-cita bangsa yang syah dan sekaligus adalah generasi penerus, yang telah ikut meletakkan dasar-dasar kermerdekaan bangsa Indonesia, dengan melewati suatu simponi perjuangan yang panjang.” jika kita mencoba untuk memahami makna dari kalimat diatas yang merupakan alinea pertama dari deklarasi pemuda Indonesia, maka sebuah kesadaran dan pengakuan bahwa keberadan pemuda dalam kondisi sosial politik perjalanan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan memiliki peran sentral yang cukup strategis.
Setidaknya ada lima kurun waktu yang menjadi momentum kebangkitan pemuda Indonesia, yaitu tahun 1908, 1928, 1945, 1966 dan 1998. limit waktu yang begitu menyejarah bagi keberadaan bangsa ini diisi dengan sempurna oleh pemuda sebagai pelaku utamanya. Pada tahun 1908 yang dinobatkan sebagai tahun kebangkitan Nasional merupakan awal dari goresan sejarah yang dituliskan oleh pemuda secara struktural (organisasi). Tahun 1928 yang dikenal dengan sumpah pemuda menjadi motor pengerak kesadaran bangsa akan hakekat kemerdekaannya, hal inipun yang menjadi tonggak pemersatu bangsa dalam kebhinekaannya, sebuah lompatan sejarah yang prestesius, karena perbedaan akan agama, suku, bahasa, dan daerah territorial yang selama ini menjadi hambatan bersatunya bangsa Indonesia, kini ditorehkan pemuda dengan mempelopori persatuan Indonesia, berbangsa, berbahasa dan bertanah air satu. Indonesia.
Tahun 1945 menjadi puncak perjuangan panjang bangsa ini dalam meraih kemerdekaannya, dan sekali lagi lakon kemerdekaan diperankan dengan baik oleh pemuda. Pasca kemerdekaan kesadaran berkumpul dan bersyarikat mulai hidup dan berkembang dikalangan pemuda terkhusus mahasiswa, maka munculah organisai-organisasi mahasiswa dalam mengawal kemerdekaan bangsa ini, Lahirlah HMI, GMNI, PMKRI, PMII, IMM, GMKI dan berbagai organisasi profesi mahasiswa.
Perkembangan organisasi pemuda dan mahasiswa terus menorehkan sejarahnya masing-masing dalam bertindak dan berkontribusi, keberkelompokan itu menimbulkan sebuah kekeringan dalam berkontribusi, kerinduan untuk bergerak bersama dalam tujuan yang sama untuk mencapai cita-cita bangsa. Maka beberapa organisasi mahasiswa menyepakati untuk didirikannya KAMI ( Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), sebagai wadah untuk menyeragamkan gerak mahasiswa.
Kemunculan KAMI kembali mengoreskan sejarah emas perjuangan pemuda Indonesia, dengan memainkan peran dalam pergantian rezim dari orde lama menuju orde baru, dan inipun dilakoni dengan sempurna oleh pemuda, prestasi ini lantas menimbulkan keretakan ditubuh KAMI sebagai ruang kordinasi antar gerakan mahasiswa dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1966. Organisasi mahasiswa yang berhimpun di KAMI kembali keakar primordialnya baik secara ideology maupun politik.
Kiprah masing-masing organisasi pemuda dan mahasiswa ternyata kembali menimbulkan kerinduan untuk berhimpun dan bergerak harmonis, lalu perbincangan panjang untuk kembali berhimpun sejak dibubarkannya KAMI mulai terlihat nyata pada saat Munas mahasiswa yang berlangsung di Bogor 14-21 Desember 1970 mengarah pada pembentukan wadah persatuan nasional atau populer dengan istilah Nation Union of Students (NUS), tetapi lagi – lagi mempersatukan beragam perbedaan menjadi hal yang tidak mudah, dan keberhimpunan dalam suatu wadah yang sama sebagaimana yang diharapkan gagal disepakati.
Pasca Kegagalan itu GOLKAR sebagai mesin politik utama orde baru segera melakukan pendekatan dan mensosialisasikan gagasan untuk membentuk wadah keberhimpunan pemuda tingkat nasional. Melalui Median Sirait, Abdul Ghofur dan David Napitupulu penjajakan keberbagai organisasi mahasiswa dan pemuda pun gencar dilakukan, baik formal maupun informal. Baik secara institusi maupun secara personal kepada ketua-ketua organisasi.
Pertemuan-pertemuan rutin yang intens pada bulan mei, juni dan juli akhirnya berbuah hasil. Kesepakatan terkait kesamaan persepsi, urgensi keberhimpunan dan harmonisasi gerak pemuda mendapatkan titi temu. Lalu pada tanggal 23 Juli 1973 dibacakan deklarasi pemuda Indonesia di gedung joeang ‘45 yang dihadiri 33 tokoh pemuda nasional dan berbagai utusan organisasi pemuda dan mahasiswa, deklarasi ini mengantarkan David Napitupulu sebagi ketua umum KNPI yang pertama.

Mengembalikan Orientasi Keberhimpunan
Mencermati sejarah lahirnya KNPI, Campur tangan GOLKAR sebagai kekuasaan politik begitu kental, maka wajar jika pada saat reformasi di mei 1998 begitu kuat wacana untuk membubarkan KNPI, karena dianggap sebagai perpanjangan rezim orde baru. Sehingga reformasi 1998 juga menjadi reformasi bagi peran KNPI selama ini. Idrus Marhan yang merupakan ketua KNPI masa reformasi mewacanakan rejuvenansi atau penyegaran orientasi KNPI, dan rejuvenansi ini memaksa KNPI untuk independen dan kembali memposisikan pemuda sebagai mitra kritis bagi pemerintah. Kebijakan ini membuat KNPI tetap eksis sampai sekarang, sebuah prestasi yang patut dibanggakan karena selama hampir 69 tahun Indonesia merdeka, hanya KNPI-lah satu-satunya organisasi pluralis dalam arti ideal yang mampu bertahan sampai sekarang.
Di usianya yang ke 36, eksistensi KNPI pun diharapkan memiliki nilai lebih dalam menaungi keberhimpunan OKP, tidak hanya sebagai wadah keberhimpunan tetapi wadah ini mampu untuk melahirkan karakter kepemimpinan yang memiliki integritas moral, kredibilitas dan kapasitas personal yang mapan sebagai persiapan untuk melanjutkan regenerasi kepemimpinan bangsa, maka orientasi keberhinpunan dalam menjalankan fungsi mediasi, komunikasi, agregasi dan artikulasi mutlak harus diperankan KNPI.
KNPI juga harus kembali mengembalikan orientasi keberhimpunan seluruh anggotanya, bahwa keterlibatan dari keberhimpunan itu ditujukan untuk harmonisasi gerak OKP dalam memaksimalkan perannya untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, bukan justru keberhimpunan itu dijadikan semata-mata hanya sebagai batu loncatan dalam meniti karir politik, selagi orientasi ini masih menyelimuti aktifitas keberhimpunan maka wajar jika keberadaan KNPI dianggap mati suri atau justru bentuk nyata dari disorientasi itu menunjukan banyaknya OKP yang berhimpun dalam KNPI mengalami kondisi ”mati segan hidup tak mau”
Di hari jadi KNPI ini besar harapan agar keberhimpunan dalam kebhinekaan ini menemukan kembali semangat awalnya, semangat untuk menemukan momentum bagi para pemuda dalam menuliskan tinta emas sejarah keberadaannya, dalam memeberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara, karena sejatinya pemuda tidak memiliki sejarah, pemuda hanya memiliki masa depan untuk menorehkan sejarah itu, keberhimpunan ini harusnya menjadi motor akselerasi yang memacu bangsa ini untuk bergerak maju, mandiri dan sejahtera dan menjadi pemimpin peradaban dunia. Selamat Ulang Tahun KNPI ke 36. Jayalah pemuda Indonesia.

Tidak ada komentar: