Muslim Negarawan Pengukir Peradaban

Waktu terus beranjak Meninggalkan kita

01 Agustus 2009

Rekonstruksi Perekonomian Pasca Bom
Oleh : Juanda Sukma

Aksi terorisme pada 17 Juli lalu menyisakan kepedihan bagi bangsa Indonesia, stabilitas negara dan kepercayaan dunia Internasional yang berusaha dibangun pasca rentetan bom dari tahun 2000 sampai tahun 2005 pun hancur, padahal keberhasilan pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden yang masih dalam proses telah mendongkrak citra bangsa ini dimata dunia, namun aksi terorisme itu memaksa kita harus kembali berjibaku dalam berbagai sektor untuk meningkatkan harga diri bangsa dalam lingkup global.
Salah satu dampak yang ditimbulkan dari aksi terorisme ini adalah sektor perekonomian, hal ini tidak mungkin bisa dihindari namun bisa ditekan agar dampaknya tidak meluas dan membesar. Dalam perjalanan perekonomian Indonesia, setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian bangsa, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi perekonomian bangsa tergantung pada kuantitas dan kualitas sumber daya alamnya, sumber daya manusia, modal usaha, teknologi dan sebagainya, sedangkan dari faktor non ekonomi yang turut menunjang perekonomian adalah terkait stabilitas politik dan keamanan nasional, sosial budaya, nilai moral dan kelembagaan dari negara tersebut.
Pengeboman di hotel JW Marriot dan The Ritz Carlton jelas mempengaruhi stabilitas keamanan nasional, karena keamanan yang tidak kondusif berdampak pada penurunan iklim kenyamanan usaha, hal ini dapat dilihat dari penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang begitu merosot beberapa jam setelah pasar merespon peledakan tersebut. Rupiah yang dibuka pada level Rp.10.050 merosot tajam kelevel Rp.10.250 per dollar AS.
Sentimen pasar inipun berhasil diredam oleh BI dan tim ekonomi nasional setelah masuk ke pasar dan menahan pelemahan rupiah serta meyakinkan pasar terhadap kondisi keamanan nasional pasca peledakan bom tersebut, dan Rupiah bisa ditahan pada level Rp.10.150 perdollar AS pada pukul 14:00 WIB dihari yang sama, kebijakan ini dinilai cukup efektif sebagai langkah awal untuk meredam dampak instabilitas nasional terhadap sektor perekonomian bangsa.

Mengembalikan Stabilitas Nasional.
Mengembalikan kepercayaan dan kenyamanan pasar menjadi prioritas kebijakan ekonomi yang harus dilakukan pasca aksi terorisme tersebut. Pemerintah harus memberi penjelasan kepada masyarakat bahwa kondisi domestik aman dan bisa dikendalikan, terkhusus penjelasan ini harus mampu meyakinkan para inverstor baik lokal terlebih inverstor asing, sehingga iklim pasar dapat kembali stabil.
Jika stabilitas perekonomian tetap terjaga pasca peledakan tersebut maka sebenarnya ini menjadi peluang besar bagi pemerintah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi bangsa, setidaknya ada tiga hal yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi pasca peledakan 17 juli 2009 yang lalu ditinjau dari sisi stabilitas politik dan keamanan nasional.
Pertama, upaya pemerintah dalam menuntaskan pelaku dan motif dibalik aksi terorisme tersebut. Jika dengan cepat pemerintah dapat membongkar jaringan terorisme yang merupakan otak intelektual dari peledakan bom dan membongkar apa sebenarnya motif dari peledakan itu, maka kepercayaan dunia Internasional terhadap kemampuan bangsa Indonesia akan membaik, tidak hanya ini tapi harga diri bangsa pun akan menigkat dalam kaca mata global.
Tentunya ini bukan pekerjaan mudah, terbukti Amerika Serikat sendiri yang mengkalaim negara super power dunia, mandul sampai hari ini tidak mampu menangkap buruan utamanya Osama Bin Laden dengan Al-Qaida ( terlepas pro kontra tentang sosok Osama Bin Laden yang dinilai hanya tokoh fiksi atau benar-benar ada). Dalam hal ini Pemerintah harus tetap berupaya secepat mungkin menangkap pelaku utama dan motif peledakan bom tersebut.
Terorisme memang bukan seperti perang yang dapat diketahui kapan dan siapa target sasarannya, maka barangkali bisa dimaklumi jika Intelejen kita ”kecolongan” dalam peledakan bom kemaren, karena hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, beberapa negara yang memiliki kemampuan intelijen terbaik pun pernah merasakan aksi terorisme ini, yang menjadi tidak wajar jika pemerintah melaui kepolisian dan Badan Intelijen lambat atau bahkan tidak mampu mengungkap dalang dan jaringan terosrisme serta motif dibalik peledakan di JW Marriot dan Ritz Carlton kemaren, semakin tepat dan cepat langkah pemerintah dalam menangani terorisme maka semakin baik respon semua pihak dan berpengaruh pada laju perekonomian nasional.
Kedua, menjaga stabilitas politik pada masa transisi kepemimpinan nasional. Keberhasilan semua pihak dalam menciptapkan kondusifitas politik nasional baik pada saat pemilu legislatif maupun pada saat pemilihan presiden menjadi prestasi dan catatan penting sejarah perpolitikan bangsa, disaat beberapa negara gagal menjaga stabilitasnya dikarenakan proses transisi kepemimpinan, Indonesia dengan bangga mampu menyuguhkan sebuah kultur berdomokrasi yang egaliter, mempertahankan kultur berdemokrasi dan berpolitik ini akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi bangsa.
Ketiga, Pemilihan tim ekonomi yang tepat dalam menciptakan kepercayaan pasar dan membangun pemerintahan yang kokoh dan berwibawa dari sektor perekonomian. Setelah suksesi transisi kepemimpinan nasional berjalan kondusif, maka langkah berikutnya yang harus dilakukan dengan cermat oleh presiden mendatang adalah menempatkan orang-orang yang tepat dalam tim ekonominya, sehingga kepercayaam pasar meningkat dan ini dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi bangsa kedepan.
Jika stabilitas keamanan dan politik pasca peledakan bom dan juga pada saat transisi kepemimpinan nasional dapat berlangsung kondusif maka ini dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi, ditambah lagi upaya pemerintah yang mampu menciptakan stabilitas ekonomi pasca peledakan tersebut. Sehingga kita harapkan iklim berusaha dapat semakin meningkat dan memancing para investor untuk mau berinvestasi di Indonesia.
Stabilitas ekonomi yang bisa dipertahankan pasca peledakan itu, harapan kita muncul persepsi pasar yang positif, jika dalam kondisi instabilitas keamanan saja perekonomian Indonesia dapat berjalan stabil apalagi dalam kondisi stabilitas keamanan dan politik yang baik. Kita harapkan persepsi pasar ini akan memancing para investor untuk hadir di indonesia, karena Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal. Semakin banyak tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat terjadi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi tergantung dari tingkat produktivitas investasi tersebut.
Terlebih jika dalam massa transisi kepemimpinan nasional ini, presiden dan wakil presiden mendatang dapat dengan cermat menempatkan orang-orang terbaik pada tim ekonominya, sehingga capaian tertinggi laju perekonomian Indonesia sebesar 8,22% pada tahun 1995 dapat kembali terulang atau bahkan terlampaui pada periodesasi pemerintahan mendatang. Semoga.

Dimuat diharian Analisa, 24 Juli 2009.

Tidak ada komentar: