Muslim Negarawan Pengukir Peradaban

Waktu terus beranjak Meninggalkan kita

11 Juli 2009

Refleksi keberadaan Ku.

Oleh: Juanda Sukma
Ketua Umum KAMMI Daerah Sumatera Utara


Perjuangan itu tidak cukup hanya dengan bermodalkan semangat, dan kita semua tau itu, bukankah Allah dan Rasulnya mewajibkan para sahabat untuk berjihad jika tiba saatnya, dan kewajiban itu mereka sambut tidak hanya dengan bekal niat, jasad, ghiroh, keimanan yang tertancam kokoh dan kerinduan untuk bertemu dengan Allah ,tetapi mereka juga mempersiapkan dengan bekal-bekal rill dalam kesuksesan jihad, mereka siapkan kuda-kuda pilihan, mereka asah pedang-pedang terbaik, mereka fokuskan pikiran untuk menyusun strategi perang, mereka kumpulkan materi dan perbekalan, dan yang menjadi titik point dalam hal ini adalah mereka tidak akan ikut dan dilibatkan jika tidak mampu dalam menyiapkan perbekalan mandiri.Ya.. itulah generasi terbaik yang dimiliki umat ini, generasi terbaik sepanjang sejarah keberadaan manusia.

Kekuatan ruhiyah, fikriyah dan Jasadiyah dalam kehidupan para sahabat untuk memuliakan Islam di sejarah peradaban dunia, tidak membuat mereka cukup dan mapan dalam mengemban amanah dakwah Islam, walaupun Kapasitas Internal menjadi hal yang mendasar dalam proses perjalanan menuju kemenangan itu, tetapi mereka sadari, itu saja tidak akan membuat Allah menganugrahi kemenangan itu, mereka butuh kolektifitas perbekalan, Islam mengajarkan ummatnya untuk melihat realita dengan rasio mereka, ikhtiar dalam kaca mata Islam adalah bentuk perwujudan kesungguhan dalam pengupayaan suatu hal, bukan seadanya saja apalagi hanya upaya yang sekedarnya saja, sama seperti implementasi Jihad, bukan jumlah yang membuat kita menang, bukan harta dan kecanggihan strategi yang membuat kita menang, tetapi keputusan Allah yang Agung. Dan keputusan itu tentunnya dilihat dari sejauh mana ummatnya dalam berikhtiar untuk mencapai kemengan itu.



Ikhwatifillah…

Begitu Indahnya Rasullulah dan para sahabat memberikan ketauladanan dalam meneguhkan kejayaan agama Allah azawajalla. Kekuatan ruhiyah dan kedekatan dengan Allah langsung terimplementasi dalam kancah suksesi amanah dakwah, dan tidak hanya kapasitas internal yang mereka penuhi tetapi kemandirian personal tujuannya hanya satu bagaimana amanah dakwah sukses, dan setiap peribadi yang hadir harus menjadi stimulus kekuatan baru bagi jamaah bukan menjadi beban –beban yang menghambat lajunya dakwah.

Sebuah kenikmatan sejati yang kita rasakan ketika Allah memberikan hidayah dan memilih peribadi kita untuk bergabung dalam jamaah ini, meneruskan tugas para ambiya. Nikmat yang hanya Allah berikan pada ummat pilihan, dan disadari atau tidak kita telah berada pada jamaah itu, jamaah kemulian karena beban dakwah sebagai estapet tugas Nabi dan Rasul. Ya hanya segelintir orang yang mulia atau Allah muliakan yang mampu mengemban amanah ini.

Siapapun kita yang telah sungguh-sungguh berikrar menjadi Kader Dakwah ketika prosesi perekrutan kader seperti DMI atau lainnya, dan terlebih ketika Ikrar dalam pengembanan amanah struktural itu kita ucapkan dalam acara sakral pelantikan kepengurusan di marhalah apapun kita berada, Ingatlah Bahwa Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan dan Terlebih lagi Ikrar itu kita ucapkan atas nama Allah SWT dan janji yang diucapkan atas nama Allah harus ditepati jika tidak maka ada kafarat yang harus dilunasi.

Disadari atau tidak bahwa Allah akan menagih dari apa yang kita ucapkan, cukupkah kita mengatakan pada saat pengadilan Allah tiba bahwa tidak terpenuhinya janji itu hanya dikarenkan aktifitas dunia yang menyita waktu, tenaga dan pikiran para pengemban dakwah itu, bukannya para sahabat berniaga, bekerja dan mencari penghasilan sebagai upaya eksistensi peribadinya dalam mensukeskan dakwah ini, mencari penghasilan untuk perbekalan perjalanan dakwah, karena dakwah itu butuh bekal dan setiap peribadi pengembannya yang harus memenuhi perbekalan itu, bukan kebalikannya bukan alasan pekerjaan dan penghasilan yang membuat kita perlahan menghilang dan tidak kelihatan, bukan alasan pekerjaan yang membuat kita memberikan “sisa-sisa” waktu, tenaga dan pikiran untuk dakwah ini, karena alasan memenuhi perbekalan dakwalah kita berpenghasilan bukan karena sibuknya berpenghasilan kita memperkecil kontribusi kita pada dakwah ini

Cukupkah kita katakan tidak terpenuhinya janji itu karena kesibukan kita menuntut Ilmu? Cukupkah kita katakan tidak terpenuhinya janji itu dikarenakan Istri/ anak dan Anggota keluarga yang menuntut perhatian lebih ? betapa kuatnya kerinduan kita untuk bertemu dengan Allah dan memberikan amal – amal terbaik yang dengan amal itu membuat para malaikat tersenyum dan bertasbih. Semoga keberadaan kita tetap terasa baik jasad, harta, jiwa dan fikiran untuk mempersembahkan yang terbaik bagi dakwah ini, karena kita sadari usia kita tidak akan lama, barangkali besok, lusa, tahun depan atau barangkali beberapa detik lagi. Semoga dengan ini Allah SWt membeli jiwa kita dengan harga yang tidak murah. Allahu’alam bi showab.

“Indeed, Allah has purchased from the believers their lives and their properties [in exchange] for that they will have Paradise . They fight in the cause of Allah, so they kill and are killed. [It is] a true promise [binding] upon Him in the Torah and the Gospel and the Qur’an. And who is truer to his covenant than Allah? So rejoice in your transaction which you have contracted. And it is that which is the great attainment”

(At-Taubah : 111)

Tidak ada komentar: